![]() |
Add caption |
Pesepakbola Firman Utina mendapatkan penghargaan The Guard of Nationalism versi RMonline. Pria kelahiran Manado, Sulawesi Utara 29 tahun silam ini, dinilai sebagai sosok yang mampu menunjukkan spirit nasionalisme tinggi kepada bangsa. Terutama saat memimpin timnas pada ajang piala AFF 2010 lalu.
Walaupun pada laga final, timnas Indonesia kalah agregat 2-4, namun perjuangan Firman dan rekan-rekannya membuat optimisme publik terhadap persepakbolaan Indonesia kembali membara.
Atas dasar itulah, pemain Sriwijaya FC ini didaulat sebagai Man of The Year 2010 versi RMonline sebagai The Guard of Nationalism.
Ditemui usai pemberian penghargaan yang digelar di gedung Dewan Pers, Firman merasa bangga sekaligus bersyukur kepada Tuhan atas penghargaan yang diterimanya.
"Ini yang pertama buat saya, mudah-mudahan ini bukan terakhir kalinya," kata Firman yang malam itu ditemani oleh sang istri, Marita Yustika.
Dia berpesan kepada pemain-pemain muda Indonesia, tetap menunjukkan komitmennya dalam membela bangsa. Utamanya, para pemain lokal. "Jangan jadikan naturalisasi menjadi halangan buat mereka. Jadikan (naturalisasi) itu sebagai pemacu semangat untuk menjadi yang terbaik," ucapnya.
Tak lupa, pemain terbaik Piala AFF 2010 ini memberikan tips bagi para pemain muda yang ingin sukses dalam karir sepakbolanya. "Disiplin, giat berlatih dan patuh terhadap pelatih. Serta mental harus dilatih," tuturnya.
Selain Firman, sejumlah tokoh politik dan pemerintahan juga mendapat penghargaan. Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD didaulat sebagai The Guard of Rights, Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum sebagai The Guard of The Integrity, Dirut PT Jamsostek Hotbonar Sinaga sebagai The Guard of the Hopeless.
Kalakbar Badan Koordinasi Keamanan Laut, Didik Heru Purnomo sebagai The Guard of Unity, politisi Hanura Akbar Faisal sebagai The Guard of Promise, dan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Surono.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar